Jakarta, raimas86.info-
Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti mengatakan bahwa saat ini hanya 22 persen penduduk Indonesia yang mendapatkan pelayanan dari air minum perpipaan. Sedangkan lebih dari 70 persen lainnya mendapatkan sumber air langsung dari sungai, sumur bor, hingga air tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Menurut Diana, capaian penggunaan air minum perpipaan ini masih sangat sedikit karena baru menyasar masyarakat yang hidup di wilayah perkotaan. Padahal, menurut dia, air minum perpipaan lebih aman ketimbang air sungai yang memiliki risiko tercemar akibat aktivitas industri maupun gaya hidup yang tidak sehat di lingkungan tersebut.
Diana mengatakan bahwa akses terhadap air bersih yang aman dan layak adalah hak dari setiap warga negara. Dia menegaskan bahwa urusan air ini tidak bisa hanya berbicara pada komoditas semata, melainkan berkaitan dengan kehidupan nan layak. “Kami berharap semuanya menggunakan perpipaan, karena itu akan lebih aman,” kata Diana dalam perhelatan Indonesia Water and Wastewater Expo and Forum (IWWEF) 2025 di Jakarta International Convention Center, Rabu, 11 Juni 2025.
Diana menilai butuh kolaborasi lintas sektor untuk meningkatkan pelayanan air minum perpipaan hingga mampu menjangkau banyak masyarakat di Indonesia. Menurut dia, agenda IWWEF yang rutin berlangsung setiap tahunnya ini bisa menjadi wadah untuk mendukung kolaborasi itu, karena mempertemukan banyak pemangku kepentingan, investor, hingga perusahaan air minum di daerah-daerah.
Adapun Presiden Prabowo Subianto mencantumkan target swasembada air pada 2029 dalam Asta Cita. Targetnya adalah meningkatkan cakupan layanan air minum perpipaan hingga 40 persen atau setara dengan 13 juta sambungan perpipaan baru. Berdasarkan data United Nations Children's Fund (Unicef) 2023, Indonesia berada di posisi paling bawah dalam cakupan layanan air minum perpipaan di kawasan Asia Tenggara dengan hanya 19,47 persen. Indonesia bahkan tertinggal dari negara tetangga seperti Myanmar yang cakupannya mencapai 27 persen dan Kamboja sebanyak 25 persen.
Ketua Umum Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia Arief Wisnu Cahyono sebelumnya membeberkan tantangan untuk penyaluran air minum perpipaan. Salah satunya semisal krisis fiskal dan kebutuhan infrastruktur dasar yang menghambat pengembangan jaringan air pipa.
Hingga kini, kata Arief, baru sekitar 16 juta sambungan rumah yang terhubung dengan jaringan air minum perpipaan atau baru 22 persen dari total rumah tangga di Indonesia. Kondisi ini menunjukkan betapa terbatasnya jangkauan layanan, khususnya di luar Pulau Jawa dan wilayah-wilayah pinggiran.
Kemudian, investasi terhadap air minum perpipaan juga menelan biaya yang tidak sedikit. Perpamsi menghitung butuh ratusan triliun untuk mampu merealisasikan target 40 persen penggunaan masyarakat terhadap air perpipaan. “Setiap sambungan butuh investasi sekitar Rp 15 juta (dari pembangunan sumber air, pengolahan, hingga pipanisasi ke rumah warga). Totalnya? Rp 195 triliun," kata Arief dalam konferensi pers di Cawang, Jakarta Timur, Senin, 9 Juni 2025.
Sumber: Tempo