Kefamenanu, Raimas86.info
Kabar menggembirakan datang bagi warga Kuan Maumolo, sebuah kampung kecil di Kelurahan Bansone, Kecamatan Kota Kefamenanu, Timor Tengah Utara yang berpenduduk kurang lebih 900 Kepala keluarga. Yayasan Felix Maria Go (YFMG) resmi menetapkan Maumolo sebagai desa binaan selama tiga tahun ke depan. Program ini mencakup bantuan air bersih, pertanian, pendidikan, dan kesehatan.
Dalam kunjungannya, Fransiscus Go, mewakili keluarga besar Yayasan Felix Maria Go, menyampaikan komitmen penuh untuk membantu mengatasi krisis air bersih yang selama ini menjadi momok di Maumolo.
“Kami datang sebagai keluarga besar Felix – Maria Go yang ingin berbagi. Kami akan upayakan sumur bor, embung, atau reservoar. Ini program utama kami,” ujarnya disambut tepuk tangan hangat dari warga.
Maumolo yang dulunya dikenal sebagai lumbung sayur-mayur kini berubah drastis akibat kekeringan berkepanjangan. Akses terhadap air bersih menjadi sangat terbatas, membuat warga harus berhemat bahkan hanya untuk mandi. Untuk memenuhi kebutuhan air, mereka kerap membeli air tangki dengan harga tinggi, di tengah kondisi ekonomi yang memprihatinkan.
Ratusan kepala keluarga di kampung ini hidup dalam tekanan akibat sulitnya akses air bersih. Mereka terpaksa membeli satu tangki air dengan harga puluhan ribu rupiah, padahal penghasilan sehari-hari hampir tak ada dan lahan-lahan pertanian terbengkalai.
“Kalau mengenang ke belakang, kampung ini penghasil sayur untuk Kota Kefa. Tapi sekarang, untuk mandi saja kami susah. Terpaksa beli sayur di pasar,” tutur drh. Joyce Nino, tokoh masyarakat setempat. Warga lainnya, Andarias Elu, juga mengeluhkan nasib serupa. “Kalau tidak ada penghasilan, dari mana kami bisa beli air?” katanya dengan nada putus asa.
Kondisi diperburuk dengan gagalnya pengeboran air yang pernah dilakukan. Menurut Romo Kanis Oki, dua titik sumur bor sempat dibuat, tapi air hanya keluar beberapa minggu. Ada yang menyebutkan karena tak dilakukan ritual adat, sumber air cepat menghilang. Sejak itu, warga hanya bisa pasrah pada langit.
Kedatangan Fransiscus Go dan tim disambut secara adat oleh warga, penuh haru dan harapan. Pertemuan dengan masyarakat Maumolo menjadi ruang terbuka bagi warga untuk menyampaikan keluh kesah serta harapan mereka akan kehidupan yang lebih baik.
Yayasan Felix Maria Go tidak hanya fokus pada penyediaan air bersih. “Sumur bor harus selesai sebelum akhir tahun ini,” tegas Fransiscus Go. “Kami akan mendampingi selama tiga tahun, hingga kampung ini mandiri. Setelah air tersedia, kami juga akan fokus pada pendidikan dan kesehatan.”
Untuk mendukung pemulihan sektor ekonomi, yayasan berencana menghadirkan mentor pertanian guna membimbing warga dalam menghidupkan kembali lahan-lahan mereka. “Kami tidak mencari keuntungan. Tujuan kami hanya satu: agar warga bisa hidup lebih sejahtera dan bangkit seperti dulu,” imbuhnya.
Usai berdialog, Fransiscus Go bersama tokoh adat meninjau langsung lokasi pengeboran sumur. Di tempat itu, dilakukan ritual adat sebagai bentuk permohonan restu dari alam. Lokasi tersebut diyakini memiliki sumber air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan warga.
Kondisi jalan yang rusak dan tidak adanya akses air bersih selama ini menyulitkan kehidupan masyarakat Maumolo. Saat musim hujan, mereka hanya mengandalkan aliran sungai, dan saat kemarau, terpaksa membeli air. Dengan program ini, harapan baru pun tumbuh agar Maumolo dapat kembali menjadi kampung yang subur, sejahtera, dan mandiri.
Penulis : Saverius Damat